Rabu, 01 Februari 2012

UN = Ujian imaN


Sore itu seperti biasa Ranid datang ke SMA nya dahulu tempat ia menuntut ilmu untuk mengajarkan tentang tahsinul Quran. Murid-muridnya ialah sekelompok pelajar ikhwan kelas XII. Mengetahui para binaannya akan mengahadapi UN pada senin tanggal 18 April mendatang, maka Ranid pun menanyakan tentang bagaimana kesiapan mereka dalam menghadapi ujian tersebut,
”UN sudah senin depan, Gimana persiapan buat UN nya nih?” tanya Ranid kepada seluruh ‘binaan’-nya tersebut. ”Alhamdulillah Kak kita sudah dapet bocorannya,” jawab Andi salah satu binaannya dengan polos. Mendengar jawaban tersebut Ranid hanya tersenyum, untuk sesaat ia kaget mendengar jawaban binaannya tersebut.
”Maksiat koq Alhamdulillah?” tanya Ranid dalam kepala yang penuh dengan kumpulan pikirannya. Ia menyamakan jawaban binaannya tersebut dengan logika seorang koruptor yang mengucapkan syukur ketika ia sedang mendapat sebuah ”proyek” yang besar.
”Koq Bisa?” tanya Ranid lebih lanjut bermaksud menyelidiki. Kali ini Dika yang menjawab ”iya Kak bukan kita aja, semua juga udah pada dapet, anak-anak yang lain pada patungan masing-masing 80 ribu per siswa buat beli bocorannya itu.”
”Trus kenapa antum pada ikutan?” tanya Ranid kembali. ”Abisnya mau gimana lagi Kak, ini kan penentuan kita belajar selama 3 tahun di SMA!” jawab Niko bermaksud membela diri dan teman-temannya di hadapan Ranid.
Ranid menghela nafas sebentar.
”Alhamdulillah dulu ketika ane UN, Allah menyelamatkan ane dari godaan bocoran tersebut. Kalo antum pikir sebetulnya bocoran itu sangat tidak mengenakan. Coba antum bayangin rumah antum yang bocor? Mau tidur gak bisa tidur, bawaannya gelisah terus, serasa ada yang membuat kita gak nyaman mungkin air yang menetes terus atau debu yang berterbangan masuk kedalam. Pokoknya bikin kita gak nyaman.”
”Sama halnya dengan bocoran UN, ketika antum masuk kelas antum bakal gelisah takut ketahuan-lah, ini-lah, itu-lah. Ketika kepingin buka bocoran perasaaan kita selalu ada yang ngawasin. Mungkin kita pikir pengawasnya lagi melihat ke arah kita walau sebetulnya mungkin lagi lihat cicak yang sedang nempel di tembok. Mungkin kalau kita hitung-hitung lebih lama kita melihat ke arah pengawas ketimbang kita melihat soal ujian.”
”Belum lagi nanti pas sudah selesai UN, perasaan kita deg-deg an merasa bahwa kita sudah berhasil menipu Allah, kedua malaikatNya, telah mengkhianati RasulNya. Dan ketika nanti lulus pun perasaan kita biasa-biasa saja tidak ada perasaan syukur yang mendalam sangat berbeda jika kita mengerjakannya tanpa melihat bocoran.”
Dodi membalas komentar Ranid, ”Gak apa-apa kak Cuma sekali ini aja..”
Ranid membalas argumen Dodi, ”ane inget kata-kata nya Ibu Espita Guru Bahasa inggris seorang non-muslim, beliau berkata negeri ini butuh orang jujur bukan orang yang pintar. Lain lagi dengan salah satu aktivis mahasiswa yang juga non-muslim Soe Hok Gie yang pernah bilang bahwa lebih baik mati dalam penjara daripada hidup dalam kemunafikan.”
”Yaa, kalau mereka saja yang berbeda agama begitu tinggi komitmennya terhadap sebuah nilai kejujuran masa kita yang kata Quran umat terbaik kalah sama mereka. Ingat akh tantangan kejujuran ”nanti” akan lebih sulit ketimbang yang antum akan hadapi ketika UN. Antum sekarang masih hanya berhadapan dengan sebuah kertas bernama Ijazah belum selembar atau beberapa lembar kertas yang bernama uang. Betapa banyak orang sholih yang ketika mereka masih menjadi pelajar dan mahasiswa sangat jujur, idealismenya begitu tinggi, ketika masih kuliah mereka sering berdemo menuntut para pejabat agar jujur dalam mengelola negara. Tapi pada kenyatannya sekarang tidak sedikit pula dari mereka yang malah berkompromi dalam jaringan mafia di republik ini.”
”Tapi kalo kita gak liat, gak adil dong Kak masa yang lain pada nyontek sedangkan kita nggak.” Kali ini Andi yang mencoba membela diri.
”Antum iri akh sama maksiat? Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa kalau kita mau iri boleh terhadap dua hal yakni orang yang diberi ilmu alquran dan ia baca di siang maupun malam dan satu lagi terhadap orang yang diberi harta lantas ia mnyedekahkan hartanya baik siang maupun malam. Benarlah apa yang dikatakan Al Quran dalam surat Al An’am ayat 116 ‘Dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Yang mereka ikuti hanya prasangka belaka dan mereka hanyalah membuat kebohongan’.”
”pelajar yang menyontek adalah seorang pelajar yang menganggap dirinya bodoh, maka dengan demikian ia berusaha mencari jalan pintas untuk menutupi kebodohannya itu. Sama seperti koruptor yang menganggap dirinya miskin dan dengan demikian ia berusaha mencari jalan pintas untuk menutupi apa-apa yang ia anggap miskin tersebut.”
Dodi kembali mencoba membalas argumen Ranid dengan mengharap persetujuan Ranid, ”Tapi kak, kalo kita gak lulus apa tanggapan ortu, guru, dan orang-orang sekitar nanti kak?Muka kita mau dipasang dimana kak?”
Ranid kembali melayani argumen binannya tersebut, ”bukankah Rasul SAW dianggap gila oleh kafir Quraisy ketika beliau SAW berusaha menyuarakan kebenaran? Bahkan umat-umat terdahulu ada yang diberi ujian berupa disisir rkepalanya dari sisir besi, digergaji badannya dibakar seperti ashhabul ukhdud. Apa antum rela menukar Ridho Allah dengan ridho yang lain? Ridho Rhoma mungkin?” (Ranid mencoba menurunkan tensi diskusi)
”pesan ane pribadi menyonteklah kalian jika kalian hanya merasa diawasi oleh guru pengawas karena mata mereka hanya ada dua, akan tetapi jika kalian merasa bahwa yang mengawasi Allah SWT maka tidak ada satu tempat pun yang Ia tidak ketahui hatta sampai lubang semut pun. Ane tetap mendoakan agar kalian mendapatkan yang terbaik menurut Allah, karena Allah maha bijaksana, maha tahu, dan maha berkehendak atas segala sesuatu. Bukankah kita sering membaca firmannya dalam Surat Al Baqoroh 216 ”boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu padahal itu baik bagimu. Dan boleh jadi kamu menyukaisesuatu padahal itu tidak baik bagimu. Allah maha mengetahui sedang kamu tidak mengetahui’. Wa Allahu A’lam Bi Showab.”
Ranid pun mengakhiri diskusi dengan binaannya. Ia melihat tanda-tanda wajah para binaannya yang melukiskan perasaan tertekan karena sistem yang ada. Ranid hanya bisa berharap bahwa nanti ketika UN Allah menaungi mereka dengan limpahan berkah serta RahmatNya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar