Rabu, 01 Februari 2012

Apa itu “CINTA” ????

Ketika kita mendengar kata cinta, mungkin secara langsung teringat hal-hal yang indah (bagi yang belum dikecewakan) sedih atau trauma (bagi yang menjadi korban cinta). Ungkapan ini, sekilas dapat dibenarkan namun juga bisa disalahkan. Kepada remaja ABG, cinta itu tidaklah buta karena tidak bermata dan tidak tuli karena tidak bertelinga, pada dasarnya cinta itu pasif dan akan aktif sesuai dengan cara manusia mengaktifkannya. Jika cinta itu hinggap di mata manusia tidak beriman ia akan merubah mata menjadi mata keranjang, jika cinta itu hinggap di hati orang-orang yang bersahabat dengan syetan ia akan menjelma menjadi birahi dan menjadilah ia budak nafsu.
Imam Ibnul Qoyyim berkata, pangkal (mabda’) dari seluruh aktivitas dan gerakan manusia adalah cinta (mahabbah) dan keinginan (irodah). Cintalah yang mendorong dan mengarahkan manusia untuk memilih jenis amal perbuatannya.
Cinta adalah cinta, cinta tidak bisa didifinisikan, karena semakin didifinisikan maka akan semakin jauh dari makna yang sebenarnya, karena yang menjadi pembicaraan paling-paling seputar sebab-sebab, konsekwensi, tanda-tanda, buahnya atau pengaruhnya dalam kehidupan manusia. Hanya yang merasakannya saja yang tahu apa hakekat cinta itu tapi susah untuk di ungkapkan, maka amat tepatlah perkataan seorang penyair :

لاَيَعْرِفُهَا إِلاَّمَنْ ذَاقَهَا

“Tidak ada yang mengetahuinya kecuali bagi yang telah merasakannya”.
Cinta tidak selalu memberikan manfaat bagi manusia, adakalanya cinta malah menjeremuskan manusia pada lubang kehinaan dan kenistaan bahkan dia tidak bisa merasakan hakekat kenikmatan dari cinta tersebut dalam hidupnya, malah menyebabkan pecinta terperosok dalam kesengsaraan dan penderitaan yang tidak berkesudahan karena cintanya hanya didasari hal-hal yang semu lagi fana dan dibangun diatas kedustaan itulah cinta palsu.
Cinta yang sejati adalah cinta yang terpuji dan bermanfaat. Ia akan membawa pecinta kepada hakekat kenikmatan yang sebenarnya dan memberikan manfaat bagi pecinta di dunia dan akherat.
Cinta adalah sesuatu yang fitri dalam hati manusia, ia merupakan santapan hati dan kesenangan jiwa. Dengan materi-materi yang terkandung didalamnya cinta akan memberikan bagi pelakunya: gairah hidup, kelembutan, kasih sayang, kedekatan hati, kebahagiaan, suka cita, kesedihan, kesusahan, rindu, kehilangan, menangis, tertawa, dan lain-lain yang serupa dan inilah yang menjadikan hidup manusia menjadi lebih hidup.
Atas nama cinta, yang susah menjadi mudah, yang berat menjadi ringan, lama menjadi cepat, jauh menjadi dekat, jelek menjadi indah, dan yang cela menjadi baik. Bahkan dengan sepenuh hati ia akan menyerahkan diri kepada yang di cintai sampai tidak menyisakan untuk dirinya sendiri :

حُبٌكَ الشَّيْئِ يُعْمِي وَ يُصِمُّ ( رواه أبو داود و أحمد )

Artinya: “Cintamu kepada sesuatu akan membuatmu buta dan tuli”.
Cinta itu terbagi menjadi dua,
Pertama, cinta yang terikat yang meliputi:
1. Cinta yang menjadi tabiat manusia seperti seorang lapar menyukai akan makanan.
2. Cinta kasih sayang seperti kecintaan ayah kepada anaknya suami kepada istrinya
3. Cinta karena sebuah pergaulan (ramah tamah dan kegembiraan)
Kedua, cinta yang bersifat khusus yang hanya diperuntukkan kepada Allah swt. Inilah yang terdapat dalam firman-Nya,

وَمِنَ النَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ اللهِ أَندَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللهِ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا أَشَدُّ حُبًّا للهِ

Artinya, “Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapan orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah”.
Tanda-Tanda Munculnya Cinta
1. Menghunjamkan pandangan mata.
2. Malu-malu jika orang yang dicintai memandangnya.
3. Banyak mengingat orang yang di cintai, membicarakan dan menyebut namanya.
4. Tunduk kepada perintah orang yang dicintai dan mendahulukannya daripada kepentingan diri sendiri.
5. Orang yang mencintai bersabar menghadapi gangguan orang yang dicintai.
6. Memperhatikan perkataan orang yang dicintai dan mendengarkannya.
7. Segera menghampiri yang dicintai.
8. Mencintai apapun yang dicintai kekasih.
9. Mencintai tempat dan rumah kekasih.
10. Jalan yang dilalui terasa pendek sekalipun panjang saat mengunjungi orang yang dicintai.
11. Salah tingkah jika dikunjungi atau mengunjungi orang yang dicintai.
12. Kaget dan gemetar tatkala berhadapan dengan yang dicintai atau ketika namanya disebut.
13. Cemburu kepada yang dicintai.
14. Berkorban untuk mendapatkan keridhoan yang dicintai.
15. Menyenangi apapun yang menyenangkan yang dicintai.
16. Suka menyendiri.
17. Tunduk dan patuh kepada yang dicintai.
18. Helaan napas yang panjang dan lebih kerap entah karena susah, sedih atau gembira.
19. Menghindari hal-hal yang meregangkan hubungan dengan yang dicintai dan membuatnya marah.
20. Adanya kecocokan antara yang mencintai dan yang dicintai.
Idola Remaja
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا اللهَ وَالْيَوْمَ اْلأَخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيرًا

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda:
Dari Anas bin Malik:

أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ النّبََِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ :” مَتَى السَّاعَةُ يَا رَسُوْلَ اللهِ ؟ قَالَ :” مَا أَعْدَدْتَ لَهَا ؟” قَالَ :” مَا أَعْدَدْتُ مِنْ كَثِيْرِ صَلاَةٍ وَلاَ صَوْمٍ وَلاَ صَدَقَةٍ وَلَكِنِّي أُحِبُّ اللهَ وَرَسُوْلَهُ” قَالَ :” أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ”

“Ada seorang laki-laki bertanya kepada Rosulullah, kapankah hari kiamat itu ya Rosululah? Rosulullah bertanya kepada orang tersebut: “Apa yang telah engkau persiapkan untuknya? “Lelaki itu menjawab: Aku tidak mempersiapkan untuknya dengan banyak sholat, puasa dan tidak pula banyak shadaqah. Tetapi aku mencintai Allah dan Rosul-Nya. Maka beliau bersabda: “Kamu akan dibangkitkan bersama siapa yang kamu cintai”.
Idola seseorang bisa dikatakan sebagai cermin pribadi seseorang, jika ia mengidolakan seorang yang soleh, maka orang akan mengatakan ia juga soleh begitu pula sebaliknya. Rasulullah saw bersabda,

اْلمَرْؤُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلْ

Artinya, “pribadi seseorang sesuai dengan din kekasihnya, maka lihatlah dengan siapa kamu berkawan”
Seorang penyair berkata,

قُلْ لِيْ مَنْ تُصَحِّبْ أَقُوْلُ لَكَ مَنْ أَنْتَ

Artinya, “katakan kepadaku siapa kawanmu, saya kan katakan siapa dirimu”.

Cinta Kepada Allah
Ibnul Qayyim menyebutkan ada sepuluh perkara yang akan menghantarkan manusia untuk meraih kecintaan Allah. Yaitu :
1. Membaca dan mentadaburi Al Qur`an.
2. Mendekatkan diri kepada Allah dengan amalan sunnah.
3. Berdzikir kepadaNya dengan hati, lisan dan amal perbuatan.
4. Mendahulukan kecintaan kepadaNya daripada kecintaan diri sendiri walaupun berat tantangannya.
5. Mentadaburi asma` dan sifat Nya.
6. Merenungi kebaikan dan anugerah Allah yang di berikan kepada kita.
7. Bersimpuh total di hadapan Nya.
8. Bermunajat (menyendiri) dengan Nya di sepertiga malam yang terakhir.
9. Duduk bersama orang-orang sholih, berbicara dan beramal yang bermanfaat.
10. Menjauhi semua hal yang menjauhkan hati dengan Nya.
Selanjutnya jika hati telah tertambat pada si pujaan hati… malam terkenang, makan tak sedap tidur pun tak nyenyak adakah solusi dari semua itu ???
Imam Ibnu Jauzy Al Baghdady berkata: “Ketika nafsu seseorang memuncak maka alangkah baiknya ia melaksanakan beberapa hal:
1. Menjauhi hal-hal yang membangkitkan nafsu hewani.
2. Shiyam.
3. Nikah.
Penutup
Perlu kita fahami bahwa cinta yang di ridhoi Allah swt adalah cintanya seorang terhadap apa yang dicintai Allah swt, itulah cinta yang sejati yang tidak akan pernah mengundang kepada kemaksiatan dan kerusakan, Allah swt berfirman,

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللهُ غَفُورُُ رَّحِيمُُ {31} قُلْ أَطِيعُوا اللهَ وَالرَّسُولَ فَإِن تَوَلَّوْا فَإِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ الْكَافِرِينَ

Artinya, “Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah: “Ta’atilah Allah dan Rasul-Nya; Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir”.
Abu Darda’ berkata: “maksud mengikuti rasul dalam ayat ini adalah ikut di atas kebajikan, taqwa, tawadhu’, dan rendah hati di antara kaum muslimin secara teori dan praktek.
Dan cinta kepada Allah akan membuahkan hasil dan pengaruh dalam ibadah, rasulullah saw bersabda,

ثَلاَثٌ مَنْ كُنٌ فِيْهِ وَجَدًَ حَلاَوَةَ الإِيْمَانِ أََنْ يَّكُوْنَ اللهُ وَ رَسُوْلُهُ أَحَبُّ إِلَيْهِ مِمٌا سِوَاهُمَا وَ أَنْ يُّحِبٌ المَرْءُ لاَ يُحِبٌهُ إِلاٌ ِللهِ وَ أَنْ يَّكْفُرُهُ أَنْ يَّعُوْدَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُّقْذَفَ فِي النٌَارِ

Artinya, “Tiga hal, jika terdapat pada diri seseorang, maka ia akan merasakan manisnya iman ; hendaknya Allah dan Rasul Nya lebih dicintai dari selain keduanya. Mencintai orang lain semata-mata karena Allah dan benci kembali kepada kekufuran seperti kebenciannya dilemparkan kepadalam api neraka”.
Dan marilah kita senantiasa berdo’a kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala:

اللهٌمَّ إنٌي أَسْأَلُكَ حُبٌكَ وَ حُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ وَ الْعَمَلَ الٌذِيْ يَبْلُغُنِيْ حُبَّكَ اللَّهُمَّ اجْعَلْ حُبَّكَ أَحَبَّ إِلَيَّ مِنْ نَفْسِيْ وَ أَهْلِيْ وَ مِنَ الْمَاءِ البَارِدِ

“Ya Allah, aku memohon cinta Mu, juga cinta orang-orang yang mencintai-Mu, juga amalan yang mengantarkanku kepada cinta-Mu. Ya Allah, jadikanlah cinta-Mu sebagai sesuatu yang lebih aku cintai dar
ipada diriku sendiri, keluargaku, dan daripada air yang sejuk.
Referensi
1. Al Qur’an Alkarim
2. Tafsir Al Qur’am al ‘adhim, al maktabah al asriyyah, Ibnu Katsir
3. Tafsir Ad Durrul Mantsur, Darulfikr, Jamaluddin As Suyuti.
4. Shohih Al Bukhori
5. Sunan abu Dawud
6. Sunan At Tirmidzi
7. Musnad Ahmad bin Hambal
8. Aunul ma’bud syarh sunan Abu Dawud
9. Tahdzib Madarijus Salikin, Abdul Mun’im Shalih al-Izzi.
10. Al qoulu mufid ‘ala kitabi at tauhid, Muhammad bin sholeh al utsaimin
11. Pacaran yang islami, Abu Ghifari
12. Ilmu ushul fiqh, Abdul Wahhab Khollaf
13. Kamus al munjid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar